Alkitab Hari Ini
Sabtu, 04 Desember 2010
John G. Paton
Ketika masih remaja, John Paton meninggalkan sekolah karena kejamnya perlakuan sang kepala sekolah. Tetapi dia berkeinginan keras untuk menjadi seorang misionaris. Oleh karena itu, dia berusaha keras untuk belajar sendiri.
John Paton berasal dari sebuah keluarga Kristen yang baik. Dia lahir di Dumfries, Skotlandia tahun 1824. John telah menabung banyak uang sebelum dia berusia dua belas tabun. Dia menggunakan uang itu untuk membayar sekolah privat selama enam minggu. Dia harus bekerja agar dapat melanjutkan pendidikan ke universitas, sekolah teologia, dan mengikuti pelatihan P3K. Akhirnya, pada usia 34 tahun, dia ditahbiskan di Gereja Presbiterian Skotlandia dan ditugaskan sebagai seorang misionaris ke Kepulauan South Sea.
Pada tanggal 5 November 1858, John dan istrinya, Mary Ann, tiba di Pulau Tanna, di New Hebrides. New Hebrides adalah kumpulan delapan pulau yang dikenal dengan nama Vanuatu, kira-kira lima ratus mil di sebelah timur laut Australia.
Para misionaris lainnya telah terlebih dahulu melakukan penginjilan di Pulau Anatom, sebuah pulau yang terletak di selatan New Hebrides. Beberapa dari penduduk yang telah bertobat-menemani keluarga Paton ke Pulau Tanna. Saat pertama kali tiba, keluarga Paton merasa terkejut dengan para kanibal Pulau Tanna yang gemar berperang. Kemudian mereka menyadari bahwa kaum Kristen dari Anatom pun sebelumnya adalah orang-orang yang liar.
Penduduk Pulau Tanna menyembah dan takut pada banyak berhala. Mereka tidak mengenal konsep Tuhan yang mengasihi. Para dukun di setiap desa menebarkan mantra-mantra yang dianggap dapat mengendalikan kehidupan dan kematian.
Para dukun itu mengendalikan penduduk desa untuk mengusir para misionaris. Peperangan antarsuku semakin meningkat. Bahkan beberapa terjadi di depan rumah Paton.
Tiga bulan setelah tiba di Pulau Tanna, Mary Ann Paton melahirkan seorang putra, Peter, tetapi dia menderita sakit demam dan meninggal pada tanggal 3 Maret. Istrinya juga meninggal akibat demam, kurang dari tiga minggu kemudian. Paton sangat terguncang karena kematiann istri dan anaknya, sehingga dia merasa tidak dapat melanjutkan pelayanannya lagi. Tetapi Tuhan menguatkan dirinya.
Tidak lama setelah itu, para pedagang kulit putih -- yang juga membenci para misionaris yang melarang para penduduk membeli minuman keras dan senjata -- mengirimkan tiga orang pelaut yang sakit cacar untuk tinggal bersama penduduk. Mereka mengetahui bahwa para dukun akan menyalahkan Paton. Penyakit itu membunuh sepertiga dari penduduk Pulau Tanna. Orang-orang yang berhasil bertahan hidup berusaha melakukan balas dendam.
Dua orang kepala suku berusaha melindungi Paton, tetapi tindakan mereka malah meningkatkan intensitas peperangan antarsuku. Kemudian Paton berusaha menyelamatkan diri. Dia dilindungi oleh seorang kepala suku. Tetapi perlindungan ini membuat dirinya diburu oleh suku yang sama. Dia hampir saja terbunuh dan mungkin akan dimakan jika sebuah kapal tidak lewat dan menyelamatkan dirinya.
Dia berada di Pulau Tanna selama kurang dari empat tahun.
Kemudian selama hampir dua tahun, John berkhotbah di gereja-gereja di Australia dan Skotlandia sambil mengumpulkan dana dan menarik lebih banyak misionaris. Salah seorang yang tertarik untuk menjadi misionaris adalah Margaret Whitecross. Paton menikahinya dan bersama Margaret, ia kembali ke kepulauan itu.
Salah satu dari misi Paton adalah membangun sebuah kapal untuk melayani para misionaris di Kepulauan South Sea. Mereka membutuhkan dukungan yang dapat diandalkan, penyediaan bahan makanan secara teratur, dan pada suatu waktu tertentu -- seperti yang pernah dialami Paton -- melakukan penyelamatan. Dia berpendapat bahwa menggantungkan diri pada kedatangan kapal dagang tidak baik untuk pelayanan misi. Lagi pula, mengapa harus mendorong para pedagang yang jahat dan tidak bermoral itu melakukan kunjungan ke pulau-pulau?
Paton mengumpulkan uang untuk membangun kapal dengan menjual saham seharga beberapa sen kepada beribu-ribu anak-anak sekolah minggu dan juga kepada para orang dewasa di Australia dan Skotlandia. Usahanya berhasil dan Dayspring dibangun di Nova Scotia. Pada tahun 1865, Dayspring digunakan untuk mengantar John Paton, istri, dan anaknya, serta beberapa misionaris lainnya ke Kepulauan South Sea. Pada tahun 1873, sebuah badai menghancurkan Dayspring, tetapi para pedagang budak dari Perancis memperbaiki kapal itu. Hal ini membuat Paton merasa tertekan karena para penduduk datang untuk menyambut Dayspring. Mereka tidak menyadari bahwa orang orang yang berada di atas Dayspring adalah para pedagang yang hendak menculik dan menjual mereka sebagai budak. Badai yang kedua menamatkan riwayat Dayspring. Kemudian Dayspring II dibangun, lalu Dayspring III yang dipakai untuk melayani para misionariS.
Pada saat kembali ke Kepulauan South Sea, John rindu ditempatkan kembali di Pulau Tanna. Tetapi Dewan Misi menugaskan keluarga Paton ke Pulau Aniwa. Kepercayaan mistis di Aniwa tidak sesuai dengan Injil, tetapi karena pulau itu lebih kecil, peperangan dan kanibalisme jarang terjadi. Ketika keluarga Paton mempelajari bahasa setempat, perlahan-lahan para penduduk mulai memercayai mereka. Keluarga Paton pun mampu menyampaikan berita Injil sehingga hampir semua penduduk menjadi orang Kristen.
Pada tahun-tabun selanjutnya, Paton lebih banyak melakukan perjalanan misi, tetapi dia selalu kembali ke rumahnya di Aniwa sampai usia tua dan kesehatan buruk memaksanya meninggalkan pulau itu pada tahun 1904. Walaupun dia merasa sedih saat meninggalkan pulau itu, dia merasakan sukacita karena para penduduk telah hidup dengan damai dan setia menyembah Tuhan.
John Paton meninggal pada tanggal 28 Januari 1907.
Sumber - http://biokristi.sabda.org/john_g_paton