Alkitab Hari Ini

Rabu, 02 Februari 2011

TOLONG KEMABALIKAN TANGAN DITA


Mungkin kata2 itu bukanlah Kata-kata yang terlalu berarti Besar , tetapi Cerita ini sungguh-sungguh sebuah cerita yang Berhikmah Besar dan Layak untuk direnungkan dalam-dalam ...:

Ada sepasang suami isteri , seperti banyak pasangan lain di kota-kota besar mereka sering meninggalkan anak-anak nya hanya diasuh oleh pembantu rumah sewaktu mereka berdua bekerja. Anak tunggal pasangan ini, seorang anak perempuan cantik berusia tiga setengah tahun. Sendirian ia di rumah dan kerap kali dibiarkan oleh pembantunya karena si pembantu sibuk bekerja di dapur. Bermainlah dia bersama ayun-ayunan di atas buaian yang dibeli ayahnya, ataupun memetik bunga dan lain-lain di halaman rumahnya.

Suatu hari dia melihat sebatang paku berkarat. Dan ia pun mencorat-coret lantai tempat mobil ayahnya diparkirkan, tetapi karena lantainya terbuat dari Ubin yg keras maka coretan tsb tidak kelihatan. Dicobanya lagi pada mobil baru ayahnya. Ya... karena mobil itu bewarna gelap, maka coretannya tampak jelas. Apalagi anak-anak ini pun membuat coretan sesuai dengan kreativitasnya tentu bekas coretan2 itu tampak nyata .

Hari itu memang ayah dan ibunya memakai motor ke tempat kerja karena ingin menghindari macet. Setelah sebelah kanan mobil sudah penuh coretan maka ia beralih ke sebelah kiri mobil. Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya, gambarnya sendiri, lukisan ayam, kucing dan lain sebagainya mengikut imaginasinya. Kejadian itu berlangsung tanpa disadari oleh si pembantu rumah.

Saat pulang petang, terkejutlah pasangan suami istri itu melihat mobil yang baru setahun dibeli dengan bayaran angsuran yang masih lama lunasnya. Si bapak yang belum lagi masuk ke dalam rumah ini pun terus menjerit, "Kerjaan siapa ini !!!" .... Pembantu rumah yang tersentak dengan jeritan itu dan dia berlari keluar. Mukanya merah padam ketakutan lebih2 melihat wajah bengis tuannya. Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan ' Saya tidak tahu..tuan." "Kamu dirumah sepanjang hari, apa saja yg kau lakukan?" hardik si isteri lagi.

Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari kamarnya. Dengan penuh manja dia berkata "Dita yg membuat gambar itu ayahhh.. cantik ... kan !" katanya sambil memeluk ayahnya sambil bermanja seperti biasa.. Si ayah yang kemarahannya tak terkontrol dan sudah hilang kesabaran lalu mengambil sebatang ranting kecil dari pohon di depan rumahnya, terus dipukulkannya berkali2 ke telapak tangan anaknya. Si anak yang masih belum mengerti apa apa itu menangis kesakitan, pedih sekaligus ketakutan. Puas memukul telapak tangan, si ayah memukul pula belakang tangan anaknya.

Sedangkan Si ibu cuma mendiamkan saja, seolah merestui dan merasa puas dengan hukuman yang dikenakan. Pembantu rumah terbengong, tdk tahu hrs berbuat apa... Si ayah cukup lama memukul-mukul tangan kanan dan kemudian ganti tangan kiri anaknya. Setelah si ayah masuk ke rumah diikuti si ibu, pembantu rumah tersebut menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar.

Dia terperanjat melihat telapak tangan dan belakang tangan si anak kecil luka2 dan berdarah. Pembantu rumah memandikan anak kecil itu. Sambil menyiramnya dengan air, dia ikut menangis. Anak kecil itu juga menjerit-jerit menahan pedih saat luka2nya itu terkena air.. Lalu si pembantu rumah menidurkan anak kecil itu.. Si ayah sengaja membiarkan anak itu tidur bersama pembantu rumah. Keesokkan harinya, kedua belah tangan si anak bengkak. Pembantu rumah mengadu ke majikannya. "Oleskan obat saja!" jawab bapak si anak.

Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan lagi , anak kecil itu yang menghabiskan waktu di kamar pembantu. Si ayah konon mau memberi pelajaran pada anaknya. Tiga hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya sementara si ibu juga begitu, meski setiap hari bertanya kepada pembantu rumah. "Dita demam, Bu"...jawab pembantunya ringkas. " Kasih minum panadol aja ," jawab si ibu. Sebelum si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat anaknya Dita dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lagi pintu kamar pembantunya.

Masuk hari ke-empat, pembantu rumah memberitahukan tuannya bahwa suhu badan Dita terlalu panas. "Sore nanti kita bawa ke klinik.. Pukul 5.00 sudah siap" kata majikannya itu. Sampai saatnya si anak yang sudah lemah dibawa ke klinik. Dokter mengarahkan agar ia dibawa ke rumah sakit karena keadaannya sangat serius. Setelah beberapa hari di rawat inap di Rmh sakit , dokter memanggil bapak dan ibu anak itu. "Tidak ada pilihan.." kata dokter tersebut yang mengusulkan agar kedua tangan anak itu di amputasi (dipotong) karena sakitnya sudah terlalu parah dan infeksinya sudah akut..."Ini sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya maka kedua tangannya harus dipotong dari siku ke bawah" kata dokter itu. Si bapak dan ibu bagaikan terkena halilintar mendengar kata-kata itu. Terasa dunia berhenti berputar, tapi apa yg dapat dikatakan lagi.

Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan berat hati dan lelehan air mata isterinya, si ayah bergetar tangannya menandatangani surat persetujuan pembedahan. Keluar dari ruang bedah, selepas obat bius yang disuntikkan habis, si anak menangis kesakitan. Dia juga keheranan melihat kedua tangannya berbalut kasa putih. Ditatapnya muka ayah dan ibunya. Kemudian ke wajah pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis. Dalam siksaan menahan sakit, si anak bersuara dalam linangan air mata. "Ayah.. ibu... Dita tidak akan melakukannya lagi.... Dita tak mau lagi ayah pukul. Dita tak mau jahat lagi... Dita sayang ayah.. sayang ibu.", katanya berulang kali membuatkan si ibu gagal menahan rasa sedihnya. "Dita juga sayang Mbok Narti.." katanya memandang wajah pembantu rumah, sekaligus membuat wanita itu meraung histeris.

"Ayah.. kembalikan tangan Dita. Untuk apa diambil.. Dita janji tidak akan mengulanginya lagi! Bagaimana caranya Dita mau makan nanti?... Bagaimana Dita mau bermain nanti?.... Dita janji tdk akan mencoret2 mobil lagi, Dita minta ma'af Ayah....." katanya berulang-ulang. Serasa hancur hati si ibu mendengar kata-kata anaknya. Meraung2 dia sekuat hati namun semua sudah terjadi dan tiada manusia dapat menahannya. Nasi sudah jadi bubur. Pada akhirnya si anak cantik itu meneruskan hidupnya tanpa kedua tangan dan ia masih belum mengerti mengapa tangannya tetap harus dipotong meski sudah minta maaf...

Tahun demi tahun kedua orang tua tsb menahan kepedihan dan kehancuran bathin serta penyesalan yang berkepanjangan sampai suatu saat Sang ayah tak kuat lagi menahan kepedihannya dan wafat diiringi tangis penyesalannya yg tak bertepi dari isterinya ..., Namun...., si Anak dengan segala keterbatasan dan kekurangannya tsb tetap hidup tegar bahkan sangat sayang dan selalu merindukan ayahnya.

Si ibu sendiri harus meneruskan hidupnya dengan dengan penyesalan yg paling dalam dan tiada akhir .

Pesan moral :

Pertama, KEMARAHAN yang Tak Terkontrol adalah karena NAFSU dan ibarat ajakan SETAN, PENYESALAN yang akan didapat kalau kita menurutinya. Maka janganlah sekali-kali mengambil keputusan dalam keadaan MARAH. Dan biasakan diri kita untuk MEMAAFKAN DAN MEMBERI AMPUNAN orang lain yg bersalah kepada kita ...

Dalam hal apapun, termasuk dalam hubungan suami istri, pemerintahan, politik dan sebagainya, kalau suatu keoputusan dilakukan sa'at Kemarahan sedang melanda pastilah keputusan itu tak akan bisa memberikan hasil yg baik.

Maka .....

Segeralah memohon Ampunan dari Tuhan mu bila kamu terlarut dalam Kemarahan yang tak terkendali.

Tuhan itu sangat menyayangi kita dan akan mengampuni kesalahan orang2 yang bisa Menahan Amarahnya dan bisa Mema’afkan orang yang bersalah kepadanya . Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

Janganlah kita terlalu Mencintai Harta kita secara berlebihan, hal ini bisa Membutakan Hati dan Perasaan kita.

" PENYESALAN ITU SELALU DATANGNYA TERLAMBAT DAN IBARAT WAKTU YANG BERLALU TAK AKAN BISA DIPUTAR KEMBALI "

" JADIKANLAH HARTA ITU HANYA DI DALAM GENGGAMAN TANGANMU, JANGAN BIARKAN HARTA MENGUASAI DAN MEMBUTAKAN HATIMU ".
Ps David O.S Hardjawinata --- GEMBALA JEMAAT GPPS ABANA TENGGARONG - Kalimantan Timur - Twitter @DavidOktavianuz