Alkitab Hari Ini

Kamis, 02 Desember 2010

PANGGILAN ALLAH DI INDONESIA oleh PDT. Dr. ISHAK LEW LEWI SANTOSA


1. PENDAHULUAN DARI PANGGILAN ALLAH.

Nenek saja adalah seorang Kristen jang sungguh-sungguh beribadat kepada Tuhan dan ibu saja adalah seorang jang penuh belas kasihan. Pada waktu saja masih ketjil 6 – 7 tahun tubuh saja kurus sekali, namun demikian dikasihi Nenek. Saja sering dibawa kegeredja jang djaraknya 2 Km. Untuk berbakti kepada Tuhan. Ibu saja suka menolong orang miskin. Pada suatu hari waktu musim dingin, ditengah perdjalanan ia melihat seorang wanita berpakaian tipis sedang kedinginan, lalu ibu saja membuka mantelnja dan diberikan kepada perempuan itu sedangkan ibu saja kedinginan pulang ke rumah.

Ada kemungkinan oleh karena nenek saja jang sungguh2 beribadat dan ibu saja jang mempunyai hati belas kasihan itu, saja dapat menjerahkan diri untuk melajani pekerdjaan Tuhan. Seperti Timotius dipakai Tuhan, oleh karena neneknja dan ibunya Eunike jang mempunyai iman jang sungguh itu. (II Timotius 1:5).

Akan tetapi sesudah saja mendjadi seorang pemuda, saja masuk sekolah Mulo (Sekolah Menengah) disuatu kota dan karena iman saja belum berakar, maka Kristus telah djauh daripada ingatan saja, sehingga kalau saja melihat orang Kristen masuk sekolah Kristen, saja anggap mereka itu kena pengaruh dari kebudajaan orang asing dan saja maki2 mereka sebagai andjing orang asing.

Sekarang saja insjaf, bahwa saja adalah seorang jang sangat berdosa seperti Rasul Paulus berkata: “Akulah jang terlebih besar dosanja.” (I Timotius 1:15-16). Pada tahun 1927 saja lulus dari sekolah Mulo dan ingin meneruskan sekolah di Fakultas, akan tetapi ajah saja (seorang pedagang di Kraksaan – Indonesia) ingin supaja sebelum saja melandjutkan sekolah di Fakultas, dapat datang di Indonesia berdjumpa dengan ajah terlebih dahulu.

Apa jang terdjadi? Waktu saja tiba di Indonesia, ajah tidak mengidzinkan saja untuk melandjutkan sekolah lagi, dengan alasan bahwa saja adalah anak sulung jang harus membantu ajah mengurus dagangan, supaja adik-adik saja dapat melandjutkan sekolahnja. Meskipun merasa ketjewa, saja sebagai anak harus dengar2an. Dengan demikian saja mendjadi seorang pedagang dan sekarang saja baru mengerti, bahwa ini adalah djalan Tuhan, sebab saja akan mendjadi seorang jang sombong apabila saja tamat sekolah Fakultas dan djuga tidak mau mengenal Tuhan Jesus Kristus. Firman Tuhan berkata: “Kepikiranku itu bukan kepikiranmu dan djalanmu itu bukan djalanku, demikianlah Firman Tuhan. Melainkan seperti tinggi langit daripada bumi, demikianpun tinggi djalanku daripada djalanmu dan kepikiranku daripada kepikiranmu.” (Jesaja 55:8,9).

2. TIBALAH WAKTUNJA BERTOBAT

Pada tahun 1933 anak sulung saja jang perempuan umur 13 bulan menderita suatu penjakit jang berat, sehingga dokter tidak dapat menolongnja. Seringkali anak itu step dan mengedjutkan, sehingga kami suami-isteri amat susah. Pada waktu itu ada seorang teman mengatakan, bahwa ada Hamba Tuhan jang dapat mendoakan untuk minta kesembuhan dari Tuhan. Karena kami mentjintai anak ini, maka kami setudju untuk didoakan, akan tetapi hatinja tidak ada ingatan untuk pertjaja kepada Tuhan Jesus Kristus.

Heran sekali sesudah didoakan anak itu sembuh, dan kebiasaan sering step itu hilang. Karena kami tidak beriman dan dokter jang memeriksa anak itu mengatakan: “Anak itu baik-baik sadja, tetapi lebih baik dimasukkan rumah sakit supaja dokter dapat memeriksanja tiap hari.” Kemudian anak itu dibawa kerumah sakit tetapi tidak sembuh, melainkan meninggal dunia dirumah sakit.

Isteri saja amat sajang kepada anak itu sehingga amat sedih hatinja, tidak henti2nja ia menangis meskipun saja telah berusaha untuk menghiburkan dengan djalan menonton atau pergi ketoko untuk membeli barang2 jang disukainja.

Dengan kemurahan Tuhan, Tuhan mengirim HambaNja jang pernah mendoakan anak saja itu untuk datang lagi guna menghiburkan serta mengadjak kegeredja. Tuhan itu penuh kemurahan, sehingga isteri saja mendapat penghiburan dari Tuhan dan tidak menangis lagi, sesudah pulang dari kebaktian, lalu saja bertanja kepada Hamba Tuhan itu: “Apakah dikota Kraksaan djuga ada geredja sematjam ini?” Kemudian saja diberi alamat dan kami suami-isteri mentjari Hamba Tuhan serta tempat kebaktian, lalu kami datang berbakti bukan karena ingin pertjaja kepada Tuhan, tetapi hanja dengan tudjuan agar isteri saja dapat terhibur. Meskipun saja datang dengan tudjuan tidak baik didalam pemandangan Tuhan, tetapi Tuhan jang penuh kemurahan itu memberi ketika agar saja dapat bertobat kepada Tuhan dengan djalan itu.
Ps David O.S Hardjawinata --- GEMBALA JEMAAT GPPS ABANA TENGGARONG - Kalimantan Timur - Twitter @DavidOktavianuz